Monday, June 20, 2011

BOTAK

Setiap orang pasti memiliki daftar keinginan pada saat merayakan hari jadinya. Ada yang ingin segera memiliki pendamping hidup. Ada yang ingin memiliki kendaraan. Atau keinginan untuk dapat bepergian ke luar negeri. Aku sendiri memiliki keinginan yang berbeda-beda setiap tahunnya.

Tahun lalu, untuk ulang tahunku yang ke-44, Aku ingin sekali merayakannya di bawah menara Eiffel di Paris, Perancis. Dan puji syukur, Tuhan mengabulkan doa dan keinginan tersebut. Sungguh luar biasa menyaksikan indahnya menara Eiffel dan romantisnya kota Paris waktu itu. Walau hanya ditemani sepotong tart kecil yang kubeli di    dan jauh dari sanak-keluarga, namun perayaan itu menjadi ulang tahun yang tidak akan mungkin terlupakan seumur hidupku. Dan tahun ini untuk merayakan ulang tahunku yang ke-45 Aku ingin sekali untuk mencukur gundul rambut!

Sebenarnya keinginan ini sudah lama sekali aku cita-citakan, mungkin sekitar lima tahun yang lalu. Namun ternyata pergi ke Paris lebih mudah bagiku dibandingkan untuk memiliki kepala botak. Selain butuh keberanian ekstra untuk tampil beda, ternyata aku tetap bergantung pada dukungan sanak-keluarga dan teman-temanku dan pendapat mereka. Dua tahun yang lalu saat aku melontarkan ide "gila" ini kepada keluarga, keponakan, dan teman-temanku, mayoritas "responden" menyatakan "Tidak Setuju". Mereka bahkan menertawai ide yang dianggap konyol ini.

Entah kenapa Aku ingin sekali memplontosi rambutku. Aku hanya bisa membayangkan betapa nantinya kepala ini bakal lebih sejuk dan lebih mudah merawatnya. Aku memiliki rambut yang ikal dan sedikit keriting, dan walau kelihatan mengembang, namun tipis. Rambut tersebut membuat penampilanku sedikit kurang profesional, sehingga untuk membuatnya lebih rapih, aku harus rajin ke salon untuk menyatok atau menge-blow. Selain itu rambutku ini sedikit kurang sehat, karena gampang rontok, belum lagi karena faktor usia, disana-sini juga sudah mulai tumbuh uban. Cukup memprihatinkan bukan!?

Namun hasrat tersebut ternyata kembali bersemi di dalam otakku. Beberapa hari yang lalu ide kepala gundul ini aku lontarkan kembali kepada keponakanku yang paling sulung, Yoel. Sebagai laki-laki remaja yang mulai menginjak dewasa, pendapatnya patut menjadi pertimbanganku. Jadi saat ia mampir ke rumah siang itu aku manfaatkan kesempatan itu. "Bang, gimana kalau uwak gunduli rambut??," tanyaku perlahan sambil memperhatikan reaksinya. Si Ganteng yang bercita-cita menjadi perwira Angkatan Bersenjata ini langsung tertawa kecil. Seperti biasa Ia terlalu sopan untuk langsung memberikan tanggapan frontal. Karena tidak memperoleh jawaban yang lugas, akhirnya aku memberikan kesimpulan untuk ia jawab, "Nggak setuju ya?!". Yoel menganggukkan kepalanya sambil terus memperlihatkan senyuman geli.

Aku mencoba cari dukungan yang lain. Kali ini temanku Esly yang kutodong untuk memberikan pendapatnya. Sebelumnya ia juga termasuk responden yang tidak setuju dengan ide tersebut. "Say, kalau gue botakin kepala, gimana?," lontarku. Kali ini reaksinya lebih hati-hati. Sambil memperhatikan raut wajahku, ia bertanya balik, "Kenapa masih kepengen botak?." Aku tidak langsung menjawab. Sahabatku ini seumuran denganku, namun karena bentuk tubuhnya yang kecil mungil, ia kelihatan jauh lebih muda dari usianya. Ia memberikan analisa lanjut, "Rambutnya enggak apa-apa kok, ubannya juga belum banyak..." Alamak, uban mah hanya sebagian kecil masalah kepalaku, Jeng!

Hari ini adalah hari terakhir buat aku untuk memutuskan apakah besok aku menjadikan keinginanku menjadi kenyataan. Sekali lagi aku belum merasa pede terutama ketika membayangkan reaksi tetanggaku dengan penampilan baruku. Dan mungkin karena aku juga belum siap untuk menerima kalau-kalau setelah botak, rambutku tidak bakal tumbuh kembali. Ternyata butuh keberanian untuk cuwek dan tidak peduli dengan reaksi dan tanggapan orang untuk tampil beda. Satu hal yang belum kumiliki saat ini.

No comments:

Post a Comment