Monday, April 29, 2013

KESASAR DI JAKARTA

Karena semangat untuk memiliki koleksi alat snorkeling yang lengkap, aku mencari-cari penjual baju pelampung (life vest) di internet. Sebelumnya aku sudah membeli paket snorkeling dari pameran Deep & Extreme yang diselenggarakan di JCC awal April yang lalu. Tapi LV belum terbeli. Padahal peralatan ini termasuk krusial untuk wisata berenang di laut. Survey ke beberapa toko penjual alat-alat olah raga, ternyata jarang menjual baju pelampung untuk orang dewasa. Kalau pun ada biasanya ukuran kecil untuk anak-anak.

Pencarian melalui internet pun ternyata tidak mudah. Online seller bisa dihitung dengan jari, dan rata-rata mereka distributor besar dan jarang memasok barang ini ke toko-toko olah raga. Ada juga satu orang yang menjual secara eceran, namun mematok harga yang cukup mahal. Setelah googling beberapa kali akhirnya didapatlah satu perusahaan. Melalui hubungan telepon diketahui alamatnya berada di Jl. Pluit Selatan Raya di wilayah Jakarta Barat. Dengan bantuan google map dapat dilihat kalau daerah itu dilalui oleh jalur bus Trans Jakarta jurusan Pinang Ranti-Pluit. 


Nah, kali ini aku mau mengisahkan betapa sulitnya mencari alamat di Jakarta. Walau di peta kelihatannya mudah dan semua tampak "dekat", namun kenyataannya bisa "nangis bombay" kalau salah atau kurang informasi, dan tentu saja... bertanya pada orang yang salah. Kisahnya aku mulai yah...

Sabtu, tanggal 20 April selesai latihan berenang (baca di disini pengalaman belajar berenang), aku menuju halte busway di depan RS UKI, Jakarta Timur. Saat itu baru sedikit meninggalkan pukul 09 pagi namun calon penumpang sudah berjubel mengantri. Tak berapa lama bus warna merah yang aku tunggu berhenti di depan pintu masuk. Penumpang langsung menyerbu masuk. Beberapa kursi kosong yang tersisa langsung terisi penuh. Karena tidak kebagian tempat duduk aku memilih berdiri di pojok depan di belakang kursi supir. Bus pun melaju kencang. Di tiap halte lebih banyak lagi penumpang yang naik dibanding yang turun, hingga bus terasa sesak.

Bingung 1

Satu jam perjalanan akhirnya bus memasuki wilayah Jakarta Barat. Sesaat setelah bus melaju meninggalkan halte Grogol, aku sempat bertanya kepada Pak Supir sekiranya dia bisa memberikan petunjuk arah mengenai alamat yang kucari. "Pak, kalau ke Jl. Pluit Selatan, saya lebih baik turun dimana...?". Si Bapak ragu-ragu menjawab, "Dekat mana yah itu?" Weleh, ternyata peta di daerah trayek bisnya belum benar-benar dikuasai. "Dekat rumah sakit Atmajaya, Pak," sahutku. "Oh bisa turun di halte Penjaringan kalau githu...," ucapnya yakin. Kuamati peta jaringan perjalanan bus yang ditempel di dekat kaca jendela. Ternyata itu halte bus kedua terakhir. Oke, siiippp deh, batinku senang. Mudah-mudahan langsung ketemu itu tokonya, tambah doaku.

Jalan raya tambah padat merayap. Kepalaku pun mulai celingak-celinguk mencari nama jalan yang dilewati oleh bus. Tapi tidak satu pun petunjuk yang bisa kudapat. Beberapa saat sebelum memasuki halte Penjaringan kulihat diseberang jalan berdiri dengan kokoh Mall Emporium Pluit. Dan didepannya melintas panjang sebuah jalan besar. Namun sayangnya nama jalan tidak jelas terbaca.

Disebelahku duduk seorang gadis cantik berkaca mata, yang kalau dari raut wajahnya kuduga dia merupakan penduduk di Pluit ini. Dengan dada penuh harap aku melempar pertanyaan, "Mbak, mbak, yang didepan mall itu jalan Pluit Selatan, bukan?". Ternyata ia lagi asyik dengan "dunianya". Pertanyaanku mengganggu keasyikannya. Sambil melepas earspeaker dari telinganya ia balik menjawab, "Apaa...?" Kuulangi pertanyaanku sambil memberikan senyum 'I'm sorry mengganggu'. Sambil melirik mukaku dengan ringan ia menjawab, "Ga tau...". Walah, masa ga tau sih, batinku sedikit kesal. Padahal kalau menilik dari santainya ia di atas bis, keliatannya ia merupakan pengguna reguler busway jurusan ini. Santai artinya tidak celingak-celinguk seperti yang baru pertama kali ke daerah itu. Penasaran aku bertanya lagi, "Kalau jalan raya yang dilewati bus ini sekarang namanya jalan apa...???" Lagi-lagi dengan wajah ringan ia menjawab, "Ga tauuu..." kali ini dengan tambahan sedikit mesem. 

Di seberang kursi kami dua orang wanita muda berbisik-bisik sesama mereka. Kutilik dari penampilannya minimal mereka bekerja di salah satu tempat di daerah itu. Aku lalu berpaling ke penumpang di depanku. Ternyata mereka sempat menguping pertanyaanku barusan, karena salah satu dari mereka lalu berkata, "Bu, kalau Pluit Selatan kalau ga salah jalan itu deh," sambil menunjuk jalanan diseberang arah jalur busway.  Puji Tuhan, batinku, mudah-mudahan benar petunjuknya. Bis berhenti dan dengan senyum terima kasih aku keluar dari dalam bis dan menuruni tangga halte Penjaringan. 

Di luar halte, di bawah kerindangan pohon yang sejuk kulihat seorang Polisi Lalu Lintas sedang berdiri diluar pos jaganya. Kuhampiri Pak Polisi ini dan bertanya, "Selamat siang Pak, kalau Jl Pluit Selatan itu yang mana yah..." Eh, Pak Polisi ternyata tidak pede dengan jawabannya, sehingga ia perlu mengkonfirmasi kepada salah satu teman mengobrolnya. Teman Pak Polisi lalu menunjuk ke seberang jalan ke arah kanan. Wah ternyata berbeda dengan petunjuk dari wanita muda di dalam bus tadi. Namun karena si Bapak kelihatannya pede dengan jawabannya aku pun mengikuti petunjuknya.

Di bawah terik matahari siang aku menyusuri arah tersebut. Beberapa menit melangkah, aku tiba di depan sebuah hotel kecil. Seorang Petugas Satpam yang sedang berdiri di depan jalan masuk hotel kuhampiri, dan kembali kutanyakan jalan yang kutuju. Ternyata, lagi-lagi, aku mendapat "blank face" alias ga tau apa-apa... Busyet deh ini orang ke-5 hari ini. Sesulit inikah mencari alamat di daerah ini? Batinku berteriak dongkol...

Orang 1: Supir Busway - blank face
Orang 2: Gadis berkacamata penumpang busway - blank eyes dan face
Orang 3: Wanita muda penumpang busway - lumayan update
Orang 4: Pak Polisi di Halte busway Penjaringan - blank face
Orang 5: Satpam Hotel Fave - blank face

Bingung 2
Beberapa meter dari hotel tadi di sebelah kiri ada Jl. Pluit Selatan I. Tanpa ragu aku memasuki jalan ini. Beberapa puluh langkah berjalan kulihat agak jauh di depan ada beberapa ruko. Hatiku mulai senang, namun  mendadak kuhentikan langkah karena aku ingat nama jalan yang kutuju adalah Jl Pluit Selatan Raya, sedangkan jalan ini Jl Pluit Selatan I. Wah beda banget khan. Daripada makin jauh tersesat akhirnya aku bertanya pada seorang Penjual Soto didekatku  yang saat itu sedang sibuk melayani pembelinya. "Mang, maaf, jalan ini tembus ke Jl Pluit Selatan Raya ga..?" Si Mamang sambil memotong irisan daging sotonya menjawab dengan santai, "Ini mah Jl Pluit Selatan I..." Aku lalu bertanya lanjut, "Katanya ada mesjid besar, disini ada ga mang...?" Sambil mengusap keringat dengan tangannya si Mamang menjawab," Disini mah ga ada mesjid, yang ada mesjidnya noh di sebelah sono..." sambil tangannya menunjuk ke belakang badannya. Arah tangannya ternyata menunjuk ke mall yang tentu saja sudah tidak kelihatan dari tempatku berdiri. Waduh, kok salah lagi jalan lagi yah...

Badanku mulai terasa lelah dan kaki sudah pegal, namun aku berputar arah lagi kembali ke jalan raya dan berjalan melewati hotel kecil dengan satpam blank face, melewati halte busway dengan polisi blank face, dan akhirnya menyeberang menuju Mall.

Di luar Mall terdapat trotoar yang siang itu fungsinya menjadi tempat beberapa pedagang berjualan makanan. Nah,  dekat lapak terakhir yang menjual nasi padang, tepat dibelakang Mall, ada sebuah mesjid besar yang sedang direnovasi. Anehnya, di kanan kiri mesjid itu tidak ada satu ruko atau pun toko, yang ada hanya sebuah komplek sekolah. Kudekati si Uda pedagang nasi padang, dan lagi-lagi... blank face. Kesal dan lelah akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke Mall. Aku sudah niat kalau memang tidak ketemu lebih baik pulang. Namun sebelumnya aku mau beristirahat sambil makan siang dulu.

Di depan lobby ada beberapa petugas valet mobil sedang berdiri dekat meja informasi. Dengan menarik nafas sisa-sisa harapan, salah satu petugas kuhampiri. Dan lagi-lagi... blank face. Waduh, benar-benar hopeless perjalananku siang ini. Dipicu rasa penasaran akhirnya aku mencari nomor telepon toko yang kutuju. Sayangnya aku lupa mencatat, terlalu pede langsung berangkat tadi pagi... :-(. Untungnya aku bisa googling dengan hape yang kubawa. Nomor pertama yang kuhubungi ternyata salah, alamatnya di Pantai Indah Kapuk, namun untungnya nomor telepon kedua langsung tersambung dengan toko yang kumaksud. Ternyata arah yang kutuju masih jauh dari Mall itu. Tokonya terletak di daerah Muara Baru. Naek angkot U11 aja, kata pemilik toko.

Hatiku lega mendapat informasi baru, dan aku pun masuk ke dalam mall. Di depan rest room di dekat lift ada beberapa petugas cleaning service sedang sibuk membersihkan lantai. Dari mereka aku mendapat petunjuk tambahan kalau angkot U11 naiknya dari perempatan di seberang jalan. Aku pun menuju Carrefour yang terletak di lantai LG dan  makan siang di sana lalu membeli beberapa keperluan rumah. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB.

Orang 6: Penjual Soto di Jl Pluit Selatan 1 - blank face
Orang 7: Penjual Makanan di depan Mall Emporium - blank face
Orang 8: Satpam Mall Emporium - blank face
Orang 9: Cleaning Service Mall - update

Bingung 3
Tubuh sudah lebih segar, kaki sudah lebih kuat, aku kemudian keluar dari Mall yang dengan semangat baru melangkah menuju perapatan jalan. Jalan rayanya lumayan lebar-lebar, ditambah lagi kendaraannya lumayan padat, akhirnya dengan sedikit berlari kecil aku menyeberangi jalan. Bersamaku beberapa puluh pejalan kaki melakukan aksi yang sama. Sesampai di seberang jalan, tiba-tiba aku menyadari kalau jalan itu ternyata satu arah dan arahnya menuju mall atau asal tempat aku menyeberang...! Dan setelah kuperhatikan tidak ada satu pun angkot yang lewat. Waduuhhh, apalagi nih...

Didekatku melintas seorang wanita muda berjalan kaki. "Mbak, kalau angkot U11 lewat mana ya..?" Si mbak menghentikan langkahnya. "Kalau di jalan ini ga angkot lewat bu, mesti jalan kaki dulu ke ujung sana...," ucapnya sambil menunjuk ke arah yang dimaksud. Feeling langsung ga enak, kayaknya salah jalan lagi... Akhirnya aku kembali ke perempatan jalan, dan kulihat sebuah angkot warna merah sedang berhenti di pinggir jalan. Sayangnya nomor angkot U01. Kuhampiri bagian depan angkot lalu aku melemparkan pertanyaan pada Pak Supir. "Pak, angkot ini menuju Muara Baru bukan..?" Pak Supir menoleh, "U11 mah mesti dari belakang sana," sambil menunjuk ke arah belakang. Mataku mengikuti tangannya, kulihat arahnya melewati halte busway alias arah yang pertama kali aku susuri.

Waduh gimana nih, kok semua orang yang kutanya malah bikin aku seperti bola pingpong. Bolak-bolak di area yang sama, membuat kakiku gempor, kulitku menghitam karena terik matahari, dan membuat mulutku 'misuh-misuh' karena kesal. Sudah berapa jam berjalan tanpa hasil, akhirnya memutuskan kembali ke halte busway. Kembali kuseberangi jalan raya yang lebarnya seperti Sungai Mahakam, dan kurasakan kembali kesejukan pohon rindang di bawah halte tersebut.

Si Pak Polisi masih ada di sana, tapi kali ini untuk usaha terakhir aku memilih bertanya kepada seorang pedagang buah potong keliling yang mangkal di situ. Ndilala, si mamang kok pede banget dengan jawabannya... "Ibu harus jalan ke arah sana yang ada lampu merahnya, terus dari situ belok kanan, terus jalan lagi, nanti kelihatan angkot U11 lewat bu.." Kuperhatikan arah yang ditunjuk ternyata kembali ke arah Jl Pluit Selatan I namun di seberangnya.

Kembali aku menyusuri jalan sesuai petunjuk si Mamang Buah, dan sampailah aku di lampu merah. Setelah menyeberangi jalan, aku menunggu angkot di pinggir jalan didekat sebuah gedung besar. Dua orang tukang bangunan sedang sibuk memperbaiki dinding pagarnya. Lima menit menunggu, kok belum ada juga angkot yang lewat. Tiba-tiba salah seorang tukang menegur, "Lagi nunggu apa bu...?" Aku lalu menoleh ke arah mereka dan bertanya, "Angkot U11 lewat sini ga Pak..?" Si Tukang menjawab, "Oh dari sini ga ada angkot, Bu. Mesti jalan dulu ke arah sana, tuh angkot merah yang lewat itu, " katanya sambil menunjuk ke arah 300 meter dari tempatku berdiri.

Sebetulnya kalau dari awal aku naik ojek dari dekat halte busway mungkin dari tadi sudah sampai ke tujuanku. Cuma yah itu, aku paling malas naik ojek kecuali sudah kepepet banget atau karena mengejar waktu; dan aku juga tidak tau berapa ongkos ojek yang pantas untuk ke tujuanku. Malas nawar juga sih...


Kembali aku menyeret kaki dan tubuhku ke arah yang ditunjuk barusan. Daerah ini rasanya sih belum pernah aku lalui. Dan memang ini adalah daerah baru, namanya juga Muara Baru. Setelah kuingat-kuingat ternyata ini yang ada waduk Pluit, yang daerahnya langganan kebanjiran. Berbeda dengan Jl Raya Pluit yang dipenuhi bangunan toko dan perkantoran, di sepanjang jalan ini dipadati rumah-rumah mewah yang super besar.



Akhirnya aku sampai. Di depanku ada bangunan besar bertingkat, ternyata Hotel Aston. Sebuah Kopaja sedang berhenti menunggu penumpang. Sang Kenek kudekati dan kutanyakan tentang angkot U11. Berbeda dengan arah yang ditunjuk si Tukang, Sang Kenek malah menunjuk arah yang berbeda. "Angkot U11 mah lewat sana bu...," katanya menunjuk sebuah angkot merah yang lewat di seberang jalan. "Kalau ke Muara Baru ke arah mana?" tanyaku kembali. "Kalau Muara Baru yah ke arah sana.." sambil kepalanya melihat ke depan. Aku mulai bimbang karena sampai bus kopaja meninggalkanku tidak satu pun angkot U11 yang muncul.

Menunggu tanpa hasil, aku berjalan pelan-pelan sambil sekali-kali memperhatikan ikan-ikan kecil yang berseliweran di got hotel yang airnya lumayan bening. Wah, tumben nih ada got yang banyak ikannya. Ga percaya? Silahkan datang ke T.K.P.

 Sepuluh meter di arah kananku ada seorang Bapak yang sepeda onthel-nya sedang parkir di pinggir jalan. Ga tau bapak itu lagi ngapain, mungkin lagi berteduh di bawah pohon. Kuhampiri Bapak itu. Seperti biasa: blank face. Untungnya pada saat itu kulihat sebuah angkot merah muncul dari kejauhan. Ternyata itu dia: U11. Dengan semangat 45 yang masih tersisa, aku  menyetop mobil itu, namun sebelum naik aku bertanya apakah ini menuju ke Muara Baru? Ternyata, Puji Tuhan, akhirnya perjuanganku tidak sia-sia. Dengan hati penuh sukacita aku pun naik. Angkot kembali melaju. Melewati hotel dengan got beningnya, terus melaju melewati kawasan padat penduduk. Di sebelah kiri sempat melintas kawasan waduk, sebelum akhirnya ketemu macet lagi.

Akhir kebingungan
Penumpang disebelahku kali ini menjadi sumber informasi.
Aku:  "Ini Jl Pluit Selatan Raya yah...?"
Penumpang (mimik heran): "Iyah betul, memangnya mau kemana Bu...?"
Aku: "Ada mesjid besar dekat sini?"
Penumpang: "Iyah, sebentar lagi bilang aja sama supirnya..."
Aku: "Pak supir, saya turun di mesjid ya.."
Supir: "Udah dekat..."
Aku (agak berteriak karena melihat Toko TendaStore): "Saya turun disini aja, Pak..."




Orang ke-10: Wanita Pejalan Kaki
Orang ke-11: Supir Angkot U01
Orang ke-12: Penjual Buah Potong Keliling di Halte Penjaringan
Orang ke-13: Tukang Bangunan di dekat lampu merah
Orang ke-14: Kenek Kopaja
Orang ke-15: Bapak Bersepeda
Orang ke-16: Penumpang Angkot U11


(ditulis 1 tgl 23/4/13 update tgl. 03/05/13; foto dari berbagai sumber di google images)

Tuesday, April 23, 2013

GAYA BATU... (part 2)

Latihan 3-7: Gaya Kodok


Dengan modal pede yang sudah naik satu level (alias belum pede bener), kembali pagi-pagi ane datang ke kolam renang. Ini merupakan Sabtu ke-3. Seperti biasa rombongan ibu-ibu dari Kebon Jeruk sudah ceria dengan gaya masing-masing di dalam air. Wah keduluan lagi deh. Padahal jarak rumah cuma sepelemparan batu dibandingkan mereka. Gapapalah, yang penting niat dan semangatnya ga ketinggalan dari mereka...

Kalau pada sesi 1 dan 2 yang lalu, ane fokus pada latihan bernafas dan belajar mengapung, untuk sesi ke-3 sudah mulai mencoba untuk berenang dengan menggunakan gaya katak. Sesuai panduan, gaya kodok merupakan gaya yang paling mudah dibandingkan gaya bebas apalagi gaya kupu-kupu. Untuk gaya kodok ini, badan harus lurus di dalam air, kemudian kaki digerakkan seperti kodok berenang, pada saat kaki merapat, giliran tangan dikibaskan lebar-lebar seperti dayung mengayuh, lalu pada saat tangan merapat di bawah dada, inilah giliran kepala muncul ke permukaan air untuk mengambil nafas dengan mulut,  dan pada saat itulah badan bergerak maju. Gampang...? Kodok emang jago, kecebong juga, tapi ane tidak... 

Percobaan pertama, setelah badan meluncur, kaki mulai menendang air, setelah itu tangan dibuka lebar-lebar untuk mendayung, namun badan ga maju-maju. Kehabisan nafas, terpaksa berdiri di lantai kolam.    Pada percobaan kedua, kaki dan tangan kok malah bergerak sama-sama. Kacau dah, gagal lagi... Jantung dan paru-paru sudah megap-megap karena teknik bernafasnya juga belum mumpuni. Ternyata gaya katak itu cuma gampang dikhayalin atau dilihat, tapi pas dicoba susyaaahnya ampyunn deh kaka...  

Ternyata diam-diam aktifitas ane diperhatikan oleh ibu-ibu itu. Salah seorang langsung memberi komentar, "badannya belum lurus, mangkanya ga maju-maju..." Woalah, benar juga sih pengamatan mereka. Tapi (sekali lagi) memang lebih gampang membaca teori daripada prakteknya. Waktu kepala dan tubuh berada di bawah air, otak sih sudah menyuruh tangan dan kaki untuk bergerak sesuai "gaya kodok berenang", namun apa daya walau keduanya sudah bergerak, tapi yang muncul malah gaya anak kodok.

Kalau dipikir-pikir ironis juga, anjing aja bisa berenang walau ga pernah latihan, kucing yang kecebur masih bisa mengapung di air, kok ane yang otak dan kemampuannya jauh di atas mereka, bisa k.o. sih... Artinya apa nih...? :-(

Sampai latihan ke-6, belum ada kemajuan yang berarti. Namun untunglah semangat untuk berjuang menaklukan air makin tebal. Walau pernah juga timbul rasa putus asa dan malas, tapi akhirnya bisa dikalahkan karena melihat foto-foto pemandangan bawah laut yang menakjubkan. 

Akhirnya pada latihan ke-7, setelah dari rumah bertekad untuk berenang lebih baik, akhirnya badan sudah mau bergerak maju diair. Horeee.... Berhasil, berhasil, berhasil... Sebetulnya jarak majunya masih standar sih, kalau biasanya cuma sampai papan No.2, hari ini sudah bergerak sampai papan No.4.. Lumayan khan, kenaikan 100% jaraknya.... He he he he, walau kalau dihitung sebetulnya cuma maju 8 meter dari pinggiran kolam... 

Foto-foto yang membakar tekad dan semangat:







Latihan 8-9: Hasil dari perjuangan

Senang juga sih kalau melihat hasil kegigihan berlatih sampai 7 minggu ini. Karena ada juga dari tim ibu-ibu itu sampai ane bisa mengapung dan maju di air, dia bisanya cuma cipak cipuk air aja... :-). Yah, tapi semangat bermain airnya tetap mesti ditiru... Keep on the spirit, bu...

Nah, pada Latihan ke-8 sudah bisa berenang dengan gaya bebas, tapi gaya kodok masih ngok ngok ngok... Pada latihan ke-9, gaya kodok sudah lebih lihay, alias sudah bisa bergerak maju hingga papan No.8 alias dari tangga di ujung kiri ke tangga di ujung kanan... Nafas...? Masih ngos-ngosan dan sekali-kali masihlah ketelan air kolam...

Benar juga celetuk seorang ibu, memang harus ada tekad kuat untuk mau berlatih keras. Apalagi faktor umur sangat berpengaruh terhadap teknik bernafas dan kelicahan tubuh untuk bergerak di dalam air. Tekad ane sudah bulat, masih ada waktu latihan sebanyak 6X lagi sebelum perjalanan di bulan Juni nanti dilaksanakan.

Yang makin membuatku bersemangat adalah banyak sekali orang-orang yang dengan senang hati memberikan tips dan petunjuk yang berguna. Bahkan tanpa ragu mencontohkan gerakan yang benar di dalam air. Dan rata-rata mereka memang sudah jago berenang. Gaya bebas, gaya katak, gaya kupu-kupu, monggo... Terima kasih yah Bapak, Ibu, Mas dan Mbak semua... :))


Fyi, saking semangatnya peralatan untuk snorkeling sudah lengkap dimiliki lho. Paket itu terdiri dari fin (kaki katak yang terbuat dari fiber), masker/google dan pipa snorkel dan dibeli pada saat pameran Deep & Extreme tanggal 6 April kemaren. Baju pelampung (life vest) dibeli Sabtu kemaren langsung dari distributor di Pluit sono. Memang ga murah sih, namun mengingat perjalananan panjang, ga seru juga kalau setiap kali harus menyewa. Khan keren dilihat turis lain bawa peralatan sendiri. Modal nih ye... :-) Paling yang manyun para penyewa peralatan, ga dapat rejeki dari ane.


Kita lihat saja bagaimana hasil latihan selama beberapa bulan ini. Mudah-mudahan wisata airnya benar-benar sesuai harapan. Dan ane berhasil untuk melakukan satu lagi tantangan hidup yang ekstrim, yaitu menikmati air laut dan pemandangan dalam air dengan lebih josss....

(Cerita perjalanan wisata laut di Sulawesi dapat dibaca nanti pada blog: travelacakadut.blogspot.com yang bakal ditulis pada Juli 2013).


(Foto-foto dari berbagai sumber, courtesy google images)

Ditulis tgl. 23 April 2013.